×
image

Serangan Udara AS dan Inggris Gagal Redam Houthi di Yaman

  • image
  • By Cecep Mahmud

  • 07 Oct 2024

Pasukan militer AS telah memasuki provinsi al-Mahrah di tenggara Yaman. (X/@yo2thok)

Pasukan militer AS telah memasuki provinsi al-Mahrah di tenggara Yaman. (X/@yo2thok)


LBJ - Serangan baru yang dilancarkan AS dan Inggris pada Jumat (5/10) kembali menyasar 15 target Houthi di Yaman. Meskipun operasi militer ini sudah berlangsung hampir sembilan bulan, serangan tersebut tidak mampu mengurangi kemampuan Houthi. Blokade Laut Merah dan Laut Arab yang dilakukan Houthi sejak November lalu pun masih berlangsung.

Amerika Serikat dan Inggris telah meluncurkan Operasi Prosperity Guardian untuk menanggapi aktivitas militer Houthi. Namun, operasi bernilai miliaran dolar ini masih jauh dari kata sukses. Presiden AS Joe Biden mengakui bahwa upaya tersebut belum membuahkan hasil yang diharapkan.

Iran dengan keras mengecam aksi militer AS dan Inggris. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, menyatakan bahwa serangan udara tersebut merupakan pelanggaran terhadap hukum internasional.

“Agresi militer yang berulang kali dilakukan oleh Amerika Serikat dan Inggris terhadap Yaman merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap Piagam PBB,” tulis Baghaei dalam sebuah unggahan di media sosial, Sabtu malam.

Menurut Baghaei, operasi militer yang sedang berlangsung tidak akan menggoyahkan tekad negara-negara Islam di kawasan untuk membela Palestina dan Lebanon. Ia juga menambahkan bahwa aksi ini adalah bentuk reaksi alami terhadap kekejaman yang dialami saudara-saudara mereka di Gaza dan Lebanon.

Blokade Laut Merah yang dilakukan Houthi, yang dimulai sejak November tahun lalu, terus memicu ketegangan internasional. Milisi Houthi dituduh menargetkan kapal-kapal dagang yang diduga milik Israel atau berafiliasi dengan Israel. Namun, Iran membantah tuduhan bahwa mereka memberikan dukungan langsung kepada Houthi, meskipun tetap menawarkan dukungan politik dan moral sebagai bagian dari aliansi anti-AS dan anti-Israel di kawasan tersebut.

Seorang pejabat Iran lainnya, Pouria Kolivand, menegaskan bahwa Iran tidak bertanggung jawab atas ketidakstabilan di Laut Merah.

“Amerika lah yang menciptakan ketidakamanan di kawasan tersebut dengan mendukung rezim Zionis,” ujar Kolivand dalam sebuah pertemuan di London minggu lalu.

Pemimpin Houthi, Abdul-Malik al-Houthi, juga telah memperingatkan negara-negara Eropa untuk menarik pasukan mereka dari kawasan tersebut.

"Tidak ada bahaya bagi navigasi negara-negara Eropa yang tidak menuju Israel," katanya, meminta agar kapal-kapal dagang Eropa bisa lewat dengan aman.

Selain itu, Houthi juga mengirimkan peringatan langsung kepada perusahaan pelayaran Barat melalui email. Dalam pesan tersebut, mereka menyatakan bahwa kapal-kapal yang melanggar larangan mereka akan menjadi target serangan.

“Kapal Anda melanggar keputusan Angkatan Bersenjata Yaman,” demikian salah satu isi email yang dikirimkan kepada perusahaan pelayaran Yunani.***


Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini

Popular Post