×
image

Zahra, Anak 12 Tahun yang Menghadapi Kengerian Perang di Lebanon

  • image
  • By Cecep Mahmud

  • 25 Sep 2024

Evakuasi besar-besaran warga Lebanon selatan ditengah meningkatnya konflik Israel Hizbullah. (X/@eyesofhumanity)

Evakuasi besar-besaran warga Lebanon selatan ditengah meningkatnya konflik Israel Hizbullah. (X/@eyesofhumanity)


LBJ - Zahra, anak berusia 12 tahun, terbangun dalam ketakutan pada Senin pagi. Bom-bom yang menghantui mimpi buruknya membuat ia semakin cemas.

“Saya sangat stres karena bom tersebut,” ujar Zahra kepada Al Jazeera. Ia dan keluarganya berasal dari Borj Qalaouiye, sebuah desa di Lebanon Selatan.

Mereka melarikan diri ke Beirut pada Oktober lalu setelah konflik lintas batas antara Hizbullah dan Israel meningkat.

Pada Senin pagi, pesan dari nomor tak dikenal tersebar ke masyarakat Lebanon, memperingatkan mereka untuk meninggalkan rumah.

“Saya sangat takut ketika melihat berita bahwa mereka akan mengebom gedung kami,” kata Zahra dengan ketakutan.

Baca juga: Korban Tewas Serangan Udara Israel di Lebanon Meningkat Menjadi 492

Zahra, bersama keluarganya, segera melarikan diri ke rumah kerabat di Baabda, Beirut Timur. Mereka meninggalkan Laylaki, pinggiran selatan Beirut, saat serangan udara Israel menewaskan ratusan orang. Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan setidaknya 585 orang tewas, banyak di antaranya warga sipil.

Kondisi Lebanon semakin memburuk. Di beberapa wilayah, terutama di Lebanon Selatan dan Lembah Bekaa, serangan udara Israel menghancurkan berbagai infrastruktur. Video-video menunjukkan kepanikan warga di jalan-jalan yang padat, mencoba melarikan diri.

Suami Diana Younes, yang sedang dalam perjalanan pulang, menemukan seorang wanita dan putrinya terlantar di jalan.

Baca juga: Yordania Hentikan Penerbangan ke Beirut Akibat Serangan Israel

“Mereka tidak tahu ke mana harus pergi,” kata Diana, yang kemudian mengundang mereka tinggal meskipun rumahnya sudah penuh dengan pengungsi lainnya.

Di seluruh Lebanon, banyak sekolah ditutup dan diubah menjadi tempat penampungan. Jumlah pengungsi terus meningkat, mencapai 102.000 orang sebelum serangan hari Senin.

Hussein, yang tinggal di Rayak, Lebanon Timur, juga tak lepas dari ancaman serangan.

“Ini adalah kawasan pemukiman, tidak ada hubungannya dengan politik,” ungkap Hussein yang memilih merahasiakan identitas lengkapnya.

Baca juga: Sekjen PBB Antonio Guterres Serukan Deeskalasi Konflik di Garis Biru

Serangan udara menghancurkan beberapa bangunan di sekitarnya.

Beberapa warga mengkritik Israel dan Amerika Serikat. Mereka merasa dikhianati oleh komunitas internasional.

“Mereka mendukung genosida,” kata Fatima Kandil, seorang pengungsi dari Beirut Selatan.

Zahra kini hanya bisa berharap perang segera berakhir dan ia bisa pulang ke desanya.

“Saya tidak suka perang,” ujarnya.

“Saya kangen bermain dengan teman-teman saya,” pungkasnya.***


Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini

Popular Post