×
image

Sekjen PBB Antonio Guterres Serukan Deeskalasi Konflik di Garis Biru

  • image
  • By Cecep Mahmud

  • 24 Sep 2024

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres. (tangkap layar)

Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres. (tangkap layar)


LBJ - Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Antonio Guterres, menyuarakan kekhawatiran mendalam terkait eskalasi kekerasan di sepanjang Garis Biru, perbatasan yang memisahkan Israel dan Lebanon. Guterres sangat prihatin atas banyaknya korban sipil, termasuk anak-anak dan perempuan, yang dilaporkan oleh otoritas Lebanon.

Juru Bicara Sekjen PBB, Stephane Dujarric, menyampaikan bahwa serangan udara Israel telah memicu pengungsian besar-besaran. 

"Sekjen PBB sangat khawatir dengan ribuan orang yang terpaksa mengungsi akibat pengeboman Israel yang paling intens sejak Oktober," ujar Dujarric dalam pernyataan resmi pada Senin (23/9).

Baca juga: Korban Tewas Serangan Udara Israel di Lebanon Meningkat Menjadi 492

Dalam konflik ini, dua pihak utama yang terlibat adalah Israel dan kelompok militan Hizbullah. Serangan udara Israel di Lebanon menimbulkan korban yang sangat besar, sementara Hizbullah melanjutkan serangan balasan terhadap wilayah Israel. Kedua pihak berada dalam pertikaian yang berkepanjangan di zona penyangga Garis Biru.

Israel melancarkan serangan udara berskala besar di Lebanon, menyebabkan ratusan korban jiwa. Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan 492 orang tewas, termasuk 24 anak-anak dan 42 wanita. 

Di sisi lain, Hizbullah melanjutkan serangannya ke wilayah Israel, memperburuk situasi di lapangan. PBB juga melaporkan adanya ancaman terhadap personel mereka di wilayah konflik ini.

Baca juga: Hizbullah Siap Hadapi Perang Menyeluruh Jika Israel Perluas Serangan

Pertempuran sengit terjadi di sekitar Garis Biru, zona perbatasan antara Israel dan Lebanon. Serangan udara oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menargetkan wilayah Lebanon, sementara serangan Hizbullah diarahkan ke Israel.

Konflik terbaru ini memanas pada bulan Oktober 2023, ketika Israel melancarkan operasi udara terbesar di Lebanon. Sejak saat itu, eskalasi terus meningkat hingga puncaknya terjadi pada Senin (23/9). Serangan balasan Hizbullah memperparah ketegangan antara kedua negara.

PBB, melalui Antonio Guterres, sangat prihatin dengan dampak konflik ini terhadap warga sipil. Banyak korban jiwa dan ribuan orang terpaksa mengungsi. 

"Guterres menegaskan pentingnya perlindungan terhadap warga sipil dan infrastruktur sipil," tegas Dujarric. 

PBB juga menekankan pentingnya menjaga keselamatan personel mereka yang berada di zona konflik.

Guterres mendesak agar semua pihak segera melakukan deeskalasi dan mencari solusi diplomatik. Dia menyerukan komitmen penuh terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB 1701 (2006) yang mengatur penghentian permusuhan antara Israel dan Lebanon. 

"Semua upaya harus dikerahkan untuk mencapai solusi damai dan memulihkan stabilitas di wilayah ini," kata pernyataan resmi tersebut.***


Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini

Popular Post