×
image

Netanyahu Tegaskan Sikap, Abaikan Tekanan Publik untuk Gencatan Senjata di Gaza

  • image
  • By Cecep Mahmud

  • 04 Sep 2024

Protes besar dipicu oleh ketidakpuasan publik terhadap lambannya pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas. (X/@rahini1207)

Protes besar dipicu oleh ketidakpuasan publik terhadap lambannya pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas. (X/@rahini1207)


LBJ - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyampaikan pernyataan keras di tengah protes massa yang mengguncang Tel Aviv. Di hadapan publik yang menuntut gencatan senjata dan pembebasan sandera di Gaza, Netanyahu dengan tegas menolak tekanan tersebut.

"Saya tidak akan menyerah pada tekanan," tegasnya dalam konferensi pers yang berlangsung setelah pemogokan umum melanda sebagian besar wilayah Israel.

Protes besar ini dipicu oleh ketidakpuasan publik terhadap lambannya pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas. Pada 7 Oktober, Hamas melakukan serangan mendadak, membawa lusinan sandera Israel ke Gaza. Namun, Netanyahu menegaskan bahwa meskipun dirinya berkomitmen penuh untuk membebaskan sandera, ia tidak akan berkompromi soal keamanan Israel.

"Tidak ada yang lebih berkomitmen untuk membebaskan para sandera selain saya. Namun tidak ada yang akan berkhotbah kepada saya," tambahnya.

Netanyahu tidak hanya menghadapi tekanan dari masyarakat Israel, tetapi juga dari pihak militer dan politisi Amerika Serikat. Presiden AS, Joe Biden, beberapa kali menunjukkan ketidaksepakatannya terhadap sikap keras kepala Netanyahu dalam perundingan damai. Di sisi lain, militer Israel juga mengecam sang perdana menteri karena dianggap menghambat kesepakatan terkait pembebasan sandera.

Kontroversi utama terletak pada koridor Philadelphia, area sempit yang memisahkan Jalur Gaza dari Mesir. Koridor ini sebelumnya dikendalikan bersama oleh Mesir dan Otoritas Palestina, namun saat ini dikuasai oleh IDF (Israel Defense Forces). Netanyahu menegaskan bahwa koridor ini vital bagi keamanan Israel karena diyakini digunakan untuk menyelundupkan senjata ke Gaza.

"Koridor ini sangat penting bagi keberadaan kami," jelas Netanyahu.

Ketegangan meningkat beberapa bulan terakhir setelah Israel mengambil alih koridor tersebut. Hamas bersikeras untuk mempertahankan kendali atas jalur ini, dan Netanyahu menolak untuk berkompromi dalam negosiasi. Situasi semakin rumit dengan adanya tuduhan bahwa Netanyahu sengaja memperpanjang permusuhan di Gaza demi memperkuat posisinya di pemerintahan.

Para kritikus menyebut Netanyahu tengah "mengulur waktu", menunggu hasil pemilu AS pada bulan November mendatang. Spekulasi menyatakan bahwa jika Donald Trump terpilih kembali, Netanyahu akan mendapatkan lebih banyak dukungan dalam kebijakan anti-Palestina. Netanyahu juga dicurigai ingin memprovokasi konflik regional, dengan harapan Amerika Serikat akan mendukung Israel dalam menghadapi Iran, musuh terbesar mereka di kawasan.

Sampai saat ini, sekitar 101 sandera Israel masih ditahan di Gaza, sementara lebih dari 3.600 warga Palestina, termasuk anak-anak, ditahan oleh Israel tanpa dakwaan. Meskipun Netanyahu masih memiliki dukungan sekitar 29% dari masyarakat Israel, protes yang meluas menunjukkan ketidakpuasan publik terhadap kebijakannya yang dianggap memprioritaskan politik pribadi di atas perdamaian.***


Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini

Popular Post