×
image

Duka Atlet Paralimpiade Palestina: Kehilangan Saudara di Tengah Impiannya

  • image
  • By Cecep Mahmud

  • 04 Sep 2024

Sebagai atlet Paralimpiade, Fadi Aldeeb merasa tekanan berat untuk menyuarakan aspirasi rakyatnya. (X/@Caroleeenalala)

Sebagai atlet Paralimpiade, Fadi Aldeeb merasa tekanan berat untuk menyuarakan aspirasi rakyatnya. (X/@Caroleeenalala)


LBJ - Fadi Aldeeb adalah satu-satunya atlet Paralimpiade Palestina yang berkompetisi di Paris. Dia lahir dan besar di Jalur Gaza, namun meninggalkan daerah tersebut satu dekade lalu untuk mengejar karier dalam olahraga basket kursi roda. Kariernya membawanya ke Turki dan Yunani sebelum akhirnya tiba di Prancis.

Pada 6 Desember, Fadi menerima panggilan berulang kali dari saudaranya di Gaza. Namun, ia melewatkan panggilan tersebut.

“Ketika saya selesai bertanding, saya mencoba menelepon balik, tapi tidak ada sambungan,” ungkapnya kepada Reuters.

Esok harinya, Aldeeb menerima kabar bahwa saudaranya terbunuh dalam serangan Israel.

"Saudaramu terbunuh dalam serangan di gedung kami," adalah pesan yang ia terima, menambah luka dalam di hatinya.

Tragedi yang menimpa saudara Fadi Aldeeb terjadi pada 7 Desember, di tengah meningkatnya kekerasan di Gaza. Sejak serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober, situasi di Gaza terus memburuk, dengan korban jiwa mencapai lebih dari 40.000 orang, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.

Sebagai atlet Paralimpiade, Fadi Aldeeb merasa tekanan berat untuk menyuarakan aspirasi rakyatnya.

"Saya berada di sini untuk 11 juta orang, untuk semua yang berbicara tentang kemanusiaan dan kebebasan Palestina," jelas Aldeeb.

Dia merasa kehadirannya bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi untuk seluruh bangsa Palestina.

Aldeeb saat ini berkompetisi dalam cabang tolak peluru di Paralimpiade Paris. Selain itu, dia juga bermain basket kursi roda di klub di Gennevilliers, pinggiran kota Paris. Setelah Paralimpiade, ia berencana untuk kembali bermain di liga Prancis.

Aldeeb tidak segan menyuarakan perasaannya tentang situasi di Gaza. Dia menyebut militer Israel sebagai “mesin pembunuh” yang tidak memandang bulu, baik anak-anak, perempuan, atau penyandang disabilitas.

“Tidak ada perbedaan (bagi militer Israel) antara atlet, penyandang disabilitas, atau non-disabilitas,” ungkapnya dengan tegas.

Aldeeb terus membawa bendera Palestina di ajang internasional, berharap suaranya mewakili seluruh rakyat Palestina yang terus berjuang untuk kebebasan. Meskipun penuh tantangan, dia mendapat dukungan moral dari para atlet internasional.

"Saya tidak merasa sendirian di sini," katanya, menutup dengan harapan bahwa suatu hari Palestina akan meraih kemerdekaannya.***


Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini

Popular Post