Israel dan Hamas Sepakati Gencatan Senjata untuk Vaksinasi Polio di Gaza
By Cecep Mahmud
30 Aug 2024

Israel dan Hamas sepakat untuk menghentikan sementara pertikaian untuk pelaksanaan vaksinasi polio untuk warga Gaza. (X/@VoiceofPD)
LBJ - Israel dan Hamas telah sepakat untuk menghentikan pertikaian di Jalur Gaza. Gencatan senjata ini bertujuan mendukung kampanye vaksinasi polio yang dipimpin oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Kesepakatan ini diumumkan pada hari Kamis oleh Rik Peeperkorn, kepala kantor WHO untuk Tepi Barat dan Gaza.
Peeperkorn menjelaskan bahwa kampanye vaksinasi akan dimulai pada hari Minggu. WHO, Kementerian Kesehatan Hamas, dan UNRWA akan bekerja sama untuk melaksanakan program ini.
"Kami berkomitmen untuk melindungi kesehatan anak-anak di Gaza," kata Peeperkorn.
Vaksinasi akan berlangsung selama sembilan hari. Setiap tahap berlangsung selama tiga hari di wilayah yang berbeda di Gaza. Gencatan senjata bisa diperpanjang jika diperlukan untuk memastikan semua anak menerima vaksin.
Sebanyak 2.180 pekerja medis dalam 295 tim akan terlibat dalam kampanye ini. Mereka akan memberikan vaksin kepada 640.000 anak di bawah usia 10 tahun di 392 lokasi. Vaksin akan diberikan dalam dua dosis dengan jarak empat minggu.
WHO mengambil langkah ini setelah seorang anak perempuan berusia 10 bulan ditemukan terjangkit polio, yang menyebabkan kelumpuhan pada kaki kirinya.
"Jika beberapa anak tidak dapat mencapai lokasi vaksinasi, kami akan berusaha menjangkau mereka," tambah Peeperkorn.
Selain itu, OCHA, Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB, melaporkan bahwa otoritas Israel telah mengizinkan pengungsi kembali ke daerah tertentu di Deir al-Balah. Ini adalah pertama kalinya mereka diizinkan kembali sejak evakuasi.
OCHA juga melaporkan bahwa upaya bantuan kemanusiaan di Gaza terhambat oleh perintah evakuasi. Hal ini mempengaruhi akses ke gudang, sumur air, dan rute kemanusiaan penting lainnya.
"Air minum sulit didapat, dan penyakit kulit menjadi masalah utama di kalangan wanita dan anak-anak," ungkap OCHA.
Situasi di Tepi Barat juga memprihatinkan. Pasukan Israel telah mengambil alih rumah-rumah warga untuk dijadikan posisi militer, menyebabkan kerusakan infrastruktur dan pemadaman listrik.
"Operasi militer di dekat rumah sakit membatasi akses keluar-masuk, termasuk bagi staf medis," jelas OCHA.
Klinik UNRWA di kamp pengungsi Al Far'a harus menghentikan operasinya pada hari Rabu. Klinik baru dibuka kembali pada hari Kamis setelah pasukan Israel meninggalkan daerah tersebut. PBB memperingatkan adanya risiko amunisi yang tidak meledak di beberapa area.***
Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini