Iran Tuduh AS Restui Pembunuhan Kepala Biro Politik Hamas oleh Israel di Teheran
By Cecep Mahmud
04 Aug 2024

Iran mengibarkan bendera nerah setelah pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh. (X/@jurgen_nauditt)
Negara-negara Arab, Muslim, Rusia, dan Cina Mengecam Tindakan Israel
LBJ - Pembunuhan kepala biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, oleh Israel di Teheran pada tanggal 31 Juli telah memicu kecaman luas dari negara-negara di dunia Arab dan Muslim, serta Rusia dan Cina. Pejabat Iran menuduh Amerika Serikat memberikan lampu hijau atas pembunuhan ini.
Pemimpin partai politik dan pasukan paramiliter Organisasi Badr di Irak, Hadi Amiri, berjanji untuk merilis "jadwal waktu" pengusiran pasukan Amerika dari Irak. Pernyataan ini disampaikan setelah pembunuhan Haniyeh.
"Darah kepala biro politik Hamas, Martir Ismail Haniyeh, akan menerangi jalan bagi Perlawanan Islam untuk meraih kemenangan atas entitas Zionis. Keputusan untuk menarik pasukan asing dari Irak tidak dapat dibatalkan, dan jadwal penarikan mereka akan segera diumumkan," kata Amiri dalam sebuah pernyataan pers.
Baca juga: Tepat di Hari Berkabung Yahudi, Iran Akan Melakukan Serangan ke Israel
Amerika Berperan Besar
Amiri menambahkan bahwa "semua kejahatan di kawasan ini adalah karena kehadiran Amerika di Irak."
Organisasi Badr, yang memiliki 17 kursi di parlemen Irak, memainkan peran penting dalam pengesahan resolusi pada Januari 2020 yang menuntut diakhirinya kehadiran AS di Irak setelah pembunuhan komandan antiteroris Iran, Qasem Soleimani, di Baghdad.
Pasukan Organisasi Badr bersimpati kepada Perlawanan Islam di Irak. Mereka membentuk jaringan milisi Syiah ini pada akhir tahun 2023 untuk melancarkan serangan pesawat nirawak dan rudal terhadap Israel setelah perang di Gaza berkobar. Mereka juga melancarkan serangan terhadap pangkalan-pangkalan Amerika di Irak dan Suriah. Sebelum menyetujui gencatan senjata dengan Washington pada musim semi ini.
Namun, Pentagon melanggar gencatan senjata pada hari Selasa setelah koalisi pimpinan AS menewaskan empat milisi dari Popular Mobilization Forces. Selain itu melukai empat lainnya di Provinsi Babylon. Perlawanan Islam bersumpah untuk membalas serangan tersebut. Popular Mobilization Forces adalah bagian formal dari Angkatan Bersenjata Irak dan menerima pendanaan dari negara Irak.
Baca juga: Serangan Udara Israel Hancurkan Sekolah di Gaza, Tewaskan 15 Orang
AS telah menolak seruan sebelumnya oleh anggota parlemen Irak untuk meninggalkan negara itu. Meskipun telah mengurangi kehadiran pasukan Amerika di Irak, 'misi tempur' AS di Irak berganti misi 'pelatihan dan konsultasi' tahun 2021. Di Suriah, Washington mengoperasikan selusin pangkalan militer ilegal di wilayah timur laut yang kaya minyak, meskipun ada tuntutan berulang kali untuk mundur.***
Sumber: Sputnik
Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini