Biden Diprediksi Mundur dari Pilpres 2024, Ancaman Penuntutan Jadi Pemicu
By Cecep Mahmud
21 Jul 2024

Media AS melaporkan bahwa anggota keluarga Biden mulai mendiskusikan rencana pengunduran diri presiden di tengah tekanan yang meningkat. (X?@AlgerieWorld)
Isu Pengunduran Diri dan Potensi Penuntutan Terhadap Joe Biden dan Putranya
LBJ - Potensi penarikan diri Presiden AS Joe Biden dari pemilu 2024 mengemuka. Langkah ini dikaitkan dengan ancaman penuntutan terhadap dirinya dan putranya, Hunter. Bruce Gagnon, Koordinator Jaringan Global Melawan Senjata dan Tenaga Nuklir di Luar Angkasa, menyampaikan hal ini kepada Sputnik.
"Jika presiden saat ini dicopot pada pemilu November, ia dan putranya kemungkinan besar akan dituntut atas berbagai kejahatan, khususnya di Ukraina," kata Gagnon.
Menurutnya, Biden mungkin membuat kesepakatan untuk mendapatkan pengampunan bagi dirinya dan putranya sebagai imbalan untuk mengundurkan diri.
Baca juga: Desakan Joe Biden Mundur dari Pencalonan Presiden Makin Kuat
Seputar Isu Pengunduran Diri
Jumat lalu, media AS melaporkan bahwa anggota keluarga Biden mulai mendiskusikan rencana pengunduran diri presiden di tengah tekanan yang meningkat. Namun, Gedung Putih membantah laporan ini adalah "salah."
Anthony Bobulinski, mantan rekan bisnis Hunter Biden, mengungkapkan di kongres pada Februari bahwa keluarga Biden menerima puluhan juta dolar dari aktor asing, termasuk di China dan Ukraina, untuk mendapatkan akses ke Gedung Putih.
Gagnon juga menyoroti upaya pembunuhan baru-baru ini terhadap mantan Presiden Donald Trump.
"Demokrat di Kongres semakin khawatir bahwa hal ini akan memengaruhi pemilihan ulang mereka. Karena itu, seruan untuk menyingkirkan Biden semakin meningkat," ujarnya.
Baca juga: Joe Biden Siap Mundur Jika Ada Masalah Kesehatan, Partai Demokrat dalam Dilema
Isu Ancaman Perpecahan
Menurut Gagnon, situasi ini menunjukkan Amerika Serikat bergerak menuju ketidakstabilan internal yang dapat menyebabkan perpecahan negara.
"Saya yakin keadaan di Amerika Serikat akan lebih buruk daripada di Rusia setelah pecahnya Uni Soviet," tambahnya.
Rick Sterling, seorang aktivis dari Koalisi Antiperang Nasional Bersatu, tidak terkejut dengan upaya pembunuhan Trump.
"Hal ini sangat dapat diprediksi karena polarisasi politik yang ekstrem di Amerika Serikat," kata Sterling.
Penggembosan sampai Upaya Pembunuhan Trump
Sterling menyatakan bahwa Partai Demokrat terus menyebarkan kebencian terhadap Trump sejak kemenangan pemilu 2016. Percobaan pembunuhan setelah upaya pemenjaraannya merupakan indikator kemunduran kekaisaran AS, katanya.
Baca juga: Presiden Biden Menyikapi Insiden Penembakan Donald Trump dengan Hati-Hati
Phil Wilayto, koordinator Kampanye Solidaritas Odessa, mengatakan upaya pembunuhan itu mencerminkan perpecahan politik yang dalam di Amerika Serikat.
"Penyerbuan Gedung Capitol pada 6 Januari 2021 oleh pendukung Trump merupakan contoh dramatis dari perpecahan ini," ujarnya.
Wilayto juga menyebut ketegangan sosial meningkat seiring reaksi terhadap protes Black Lives Matter tahun 2020. Ia khawatir hasil pemilihan presiden November mendatang dapat memperburuk situasi politik internal di Amerika Serikat.
Jika Trump menang, situasi dapat berbalik menguntungkan Ukraina. Namun, jika ia kalah, mungkin ada reaksi keras dari sayap kanan yang lebih besar daripada tahun 2021, tambahnya.
"Amerika Serikat berlayar ke perairan yang semakin berbahaya tanpa jalan jelas menuju pelabuhan aman," tutup Wilayto.***
Sumber: Sputnik
Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini