BMKG Peringatkan Kenaikan Permukaan Laut Capai Rekor Baru, Daratan Terancam
By Shandi March
19 Jul 2024

Permukaan air laut global telah meningkat lebih dari dua kali lipat sejak tahun 2022, mengakibatkan sebagian wilayah di pesisir Jakarta Utara, terendam air rob. (Ilustrasi XYZonemedia)
LBJ - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) baru-baru ini mengungkapkan sebuah fakta yang mengkhawatirkan tentang perubahan iklim global.
Pengamatan satelit menunjukkan bahwa tingkat kenaikan permukaan air laut global telah meningkat lebih dari dua kali lipat sejak tahun 2022.
Dari rata-rata 2,14 mm per tahun pada 2002, kini angka tersebut telah melonjak menjadi 4,72 mm per tahun.
"Kenaikan [permukaan air laut] dua kali lipat menjadi 4,72 milimeter per tahun dibandingkan tahun 2002," ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, saat peresmian menara Gas Rumah Kaca (GRK) di Jambi, Kamis (18/7).
Dampak dari kenaikan ini sangat nyata, terutama bagi pulau-pulau kecil yang berisiko tenggelam. Kondisi ini mengancam akan mengurangi luas daratan yang ada.
"Bayangkan pulau-pulau kecil akan tenggelam dan daratan semakin sempit karena ditutup air laut." Ini menjadi bukti nyata dari risiko yang dihadapi oleh banyak wilayah pesisir dan pulau kecil di seluruh dunia, ujarnya.
Baca juga : Kader NU Ungkap Perjalanan ke Israel: Penelitian dan Pertemuan Presiden Herzog
Baca juga : Serangan Israel Hantam Sekolah Penampungan di Gaza
Merespons peningkatan yang signifikan ini, BMKG telah mendirikan menara Gas Rumah Kaca (GRK) di Kabupaten Muaro Jambi, yang diresmikan oleh Dwikorita bersama dengan Direktur Pengendalian Perubahan Iklim KLHK Laksmi Dewanti, Direktur Bidang Lingkungan Hidup Bappenas Priyanto Rohmatullah, dan Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jambi Arif Munandar.
Menara ini, yang merupakan yang kedua dari rencana enam menara di Sumatera, berfungsi untuk memantau perubahan konsentrasi gas rumah kaca secara global.
"Tujuannya memonitor perubahan konsentrasi gas rumah kaca, apakah meningkat atau bagaimana. Dengan ini kita bisa memberikan peringatan dini tentang peningkatan gas rumah kaca," jelas Dwikorita.
Penambahan menara ini menjadi langkah vital dalam usaha mengatasi dan mengadaptasi terhadap dampak perubahan iklim yang berkelanjutan.
Dengan peningkatan yang semakin nyata ini, BMKG mengajak semua pihak untuk bersiap menghadapi risiko yang lebih besar terutama pada daerah rentan seperti Jambi.
"Ada pembukaan lahan yang tidak terkendali. Kegiatan-kegiatan yang menyumbang gas rumah kaca. Sedang diukur dengan tower ini, jadi belum bisa menyimpulkan. Nanti kita akan tahu ini seperti apa," tambahnya, menunjukkan pentingnya data akurat untuk merumuskan strategi yang efektif.***
Pengamatan satelit menunjukkan bahwa tingkat kenaikan permukaan air laut global telah meningkat lebih dari dua kali lipat sejak tahun 2022.
Dari rata-rata 2,14 mm per tahun pada 2002, kini angka tersebut telah melonjak menjadi 4,72 mm per tahun.
"Kenaikan [permukaan air laut] dua kali lipat menjadi 4,72 milimeter per tahun dibandingkan tahun 2002," ungkap Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, saat peresmian menara Gas Rumah Kaca (GRK) di Jambi, Kamis (18/7).
Dampak dari kenaikan ini sangat nyata, terutama bagi pulau-pulau kecil yang berisiko tenggelam. Kondisi ini mengancam akan mengurangi luas daratan yang ada.
"Bayangkan pulau-pulau kecil akan tenggelam dan daratan semakin sempit karena ditutup air laut." Ini menjadi bukti nyata dari risiko yang dihadapi oleh banyak wilayah pesisir dan pulau kecil di seluruh dunia, ujarnya.
Baca juga : Kader NU Ungkap Perjalanan ke Israel: Penelitian dan Pertemuan Presiden Herzog
Baca juga : Serangan Israel Hantam Sekolah Penampungan di Gaza
Upaya Pengamatan dan Antisipasi BMKG
Merespons peningkatan yang signifikan ini, BMKG telah mendirikan menara Gas Rumah Kaca (GRK) di Kabupaten Muaro Jambi, yang diresmikan oleh Dwikorita bersama dengan Direktur Pengendalian Perubahan Iklim KLHK Laksmi Dewanti, Direktur Bidang Lingkungan Hidup Bappenas Priyanto Rohmatullah, dan Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Provinsi Jambi Arif Munandar.
Menara ini, yang merupakan yang kedua dari rencana enam menara di Sumatera, berfungsi untuk memantau perubahan konsentrasi gas rumah kaca secara global.
"Tujuannya memonitor perubahan konsentrasi gas rumah kaca, apakah meningkat atau bagaimana. Dengan ini kita bisa memberikan peringatan dini tentang peningkatan gas rumah kaca," jelas Dwikorita.
Penambahan menara ini menjadi langkah vital dalam usaha mengatasi dan mengadaptasi terhadap dampak perubahan iklim yang berkelanjutan.
Dengan peningkatan yang semakin nyata ini, BMKG mengajak semua pihak untuk bersiap menghadapi risiko yang lebih besar terutama pada daerah rentan seperti Jambi.
"Ada pembukaan lahan yang tidak terkendali. Kegiatan-kegiatan yang menyumbang gas rumah kaca. Sedang diukur dengan tower ini, jadi belum bisa menyimpulkan. Nanti kita akan tahu ini seperti apa," tambahnya, menunjukkan pentingnya data akurat untuk merumuskan strategi yang efektif.***
Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini