[caption id="attachment_5323" align="aligncenter" width="667"]

Setidaknya 2 juta warga Gaza terpaksa mengungsi karena perintah militer Israel. (X/@SabeelJerusalem)[/caption]
Kehilangan Akses Layanan Penting dan Menghadapi Kekerasan
LBJ - Komite Palang Merah Internasional (
ICRC) menyatakan bahwa warga Palestina di Gaza utara yang diperintahkan untuk meninggalkan kota oleh militer Israel kini kekurangan layanan penting dan menghadapi peperangan.
Selama seminggu terakhir, pertempuran di Gaza utara meningkat tajam, mempengaruhi ribuan keluarga yang diperintahkan untuk evakuasi oleh militer Israel.
Perintah Evakuasi Membingunkan
Pernyataan ICRC mengungkapkan bahwa perintah evakuasi seringkali tidak jelas, menimbulkan kebingungan dan ketakutan di kalangan penduduk.
"Realitas suram di Gaza saat ini adalah tidak ada tempat yang aman. Perjuangan untuk sekadar bertahan hidup telah merampas martabat orang-orang," ujar ICRC.
Baca juga:
Serangan Brutal Israel Hancurkan Sekolah-Sekolah dan Fasilitas UNRWA
Pada hari Rabu, militer Israel menyebarkan ribuan selebaran di Kota Gaza, mendesak semua penduduk untuk segera meninggalkan kota di tengah meningkatnya serangan militer.
Awal pekan ini, tentara Israel memerintahkan puluhan ribu warga Palestina yang tinggal di 19 blok di Kota Gaza untuk segera pindah, menurut laporan Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan.
Jumlah Pengungsi Meningkat
Menurut statistik PBB pada awal Juli, jumlah orang yang mengungsi di Jalur Gaza telah meningkat menjadi 1,9 juta, atau sekitar sembilan dari sepuluh orang di daerah kantong tersebut.
Baca juga:
Hizbullah Akan Hentikan Serangan ke Israel Jika Gencatan Senjata Gaza Tercapai
Israel melancarkan serangan besar-besaran terhadap Hamas di Jalur Gaza sebagai balasan atas serangan Hamas pada Oktober 2023. Serangan tersebut menewaskan sekitar 1.200 orang dan lebih dari 200 lainnya disandera.
Otoritas kesehatan Gaza melaporkan pada hari Kamis bahwa jumlah korban tewas Palestina akibat serangan Israel terus meningkat. Jumlah korban kini menjadi 38.345 orang.***
Sumber: Xinhua