Ribuan Warga AS Demo Serentak di 1.600 Titik, Tuntut Hentikan Kebijakan Otoriter Trump
By Shandi March
18 Jul 2025
.jpeg)
Ilustrasi. Ribuan warga Amerika Serikat demo turun ke jalan dan memenuhi lebih dari 1.600 titik di seluruh negeri, Kamis (17/7). (Foto:Freepik-Drazen Zigic)
LBJ - Ribuan warga Amerika Serikat demo turun ke jalan dan memenuhi lebih dari 1.600 titik di seluruh negeri, Kamis (17/7).
Mereka menyuarakan penolakan terhadap berbagai kebijakan Presiden Donald Trump yang dianggap otoriter dan diskriminatif.
Protes berlangsung di berbagai kota besar seperti Chicago, Atlanta, St. Louis, Annapolis, hingga Oakland. Aksi ini bukan hanya sekadar demonstrasi jalanan, melainkan juga menyasar gedung pengadilan dan ruang publik lainnya sebagai simbol perlawanan terhadap ketidakadilan struktural.
Lisa Gilbert, Presiden Public Citizen — organisasi nirlaba yang menjadi motor penggerak demo ini — menyampaikan pernyataan keras dalam konferensi pers daring, Selasa (15/7).
Baca juga : Netanyahu Ikuti Usulan Gencatan Senjata dari Trump, Iran Masih Bungkam
“Kita sedang menghadapi salah satu momen paling mengerikan dalam sejarah. Kita semua bergulat dengan meningkatnya otoritarianisme dan pelanggaran hukum dalam pemerintahan kita... karena hak, kebebasan, dan harapan demokrasi kita sedang ditantang,” tandas Lisa.
Selain menyoroti kebijakan Trump, demo besar ini juga ditujukan untuk mengenang perjuangan John Lewis, mendiang anggota Kongres sekaligus aktivis hak-hak sipil yang meninggal lima tahun lalu.
Di Atlanta, sekitar 1.000 demonstran berkumpul di Gereja Ebenezer Baptist — gereja yang pernah dipimpin oleh Martin Luther King Jr. Pendeta Jonathan Jay Augustine menyerukan kembali nilai-nilai perjuangan Lewis.
“Kami menghormati warisan John Lewis, yang telah berpulang lima tahun lalu. Beliau adalah seseorang yang mengorbankan hidupnya demi inklusivitas, dan hal-hal yang beliau perjuangkan kini sedang diserang dan dikikis,” kata Jonathan.
Baca juga : Viral Chris Martin Tak Sengaja Ungkap Dugaan Perselingkuhan Petinggi Perusahaan IT di Konser Coldplay
Gedung Putih Dikepung
Pusat kota Washington pun tak luput dari gelombang protes. Ratusan orang berkumpul di taman yang berjarak hanya beberapa blok dari Gedung Putih. Spanduk bertuliskan kritik tajam terhadap deportasi massal dan kebijakan diskriminatif terhadap kelompok minoritas terlihat dibentangkan peserta aksi.
Mary Baird, demonstran asal Carolina Utara, mengingatkan akan bahaya absolutisme kekuasaan.
“Fasisme akan runtuh. Dan ketika runtuh, apabila Anda terlibat, Anda akan dimintai pertanggungjawaban.”
Demo ini menyuarakan banyak tuntutan, mulai dari penghapusan kebijakan keras terhadap imigran dan komunitas minoritas, hingga penghentian pemangkasan bantuan sosial. Para orator menyebutkan bahwa Trump tengah menggerus program-program vital seperti Medicaid dan SNAP (Supplemental Nutrition Assistance Program).
Baca juga :Tarif 0 Persen! Ini 10 Produk Ekspor Amerika Serikat ke Indonesia yang Kini Bebas Bea Masuk
Daryl Jones dari Transformative Justice Coalition mengutip pesan moral John Lewis dalam aksinya.
“Salah satu hal yang selalu John Lewis katakan adalah jika Anda melihat sesuatu yang salah, Anda berkewajiban untuk bersuara, mengatakan sesuatu, dan melakukan sesuatu.”
Aksi unjuk rasa ini merupakan lanjutan dari demonstrasi bertajuk “No Kings” yang digelar bulan lalu, menolak sistem otoriter dan dominasi elite politik. Kini, dengan ribuan orang kembali turun ke jalan, publik AS menunjukkan bahwa perlawanan terhadap ketidakadilan belum mereda.
Penyelenggara menyebut bahwa puluhan ribu orang akan tetap terlibat dalam aksi lanjutan di berbagai negara bagian dalam beberapa hari ke depan.***
Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini