Terparah dalam 40 Tahun, Banjir Mataram Rendam 6 Kecamatan dan Tewaskan 2 Orang
By Shandi March
08 Jul 2025
.png)
Banjir Mataram Terparah dalam 40 Tahun Terakhir, 2 Warga Meninggal. (X@MurtadhaOne)
LBJ – Bencana banjir besar menerjang Kota Mataram dan sekitarnya pada Minggu (6/7), menyebabkan dua warga meninggal dunia dan puluhan ribu lainnya terdampak. Banjir yang terjadi akibat curah hujan ekstrem selama enam jam ini disebut sebagai yang terparah dalam empat dekade terakhir.
Kepolisian Resor Kota Mataram mengonfirmasi dua korban tewas karena tersengat listrik di lokasi berbeda. Korban pertama adalah Tomi (30), warga Desa Batu Mekar, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat. Sedangkan korban kedua, Tuti Suriani (48), berasal dari Kelurahan Pejarakan Karya, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram.
“Iya, ada dua warga menjadi korban (meninggal) karena tersengat listrik,” kata Kombes Pol. Hendro Purwoko, Kapolresta Mataram, seperti dikutip dari Antara, Senin (7/7).
Baca juga : Banjir Jakarta Meluas Hingga ke 62 RT, Genangan di Cililitan Tembus 1,2 Meter
Korban Tuti Suriani dilaporkan meninggal saat hendak membeli tas di Jalan Lestari. Saat menyeberang genangan air, tubuhnya bersentuhan dengan tiang lampu yang diduga memiliki kabel terbuka, mengakibatkan sengatan listrik mematikan.
Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal menyebut banjir ini sebagai bencana hidrometeorologi paling parah dalam sejarah Mataram modern.
“Kondisi yang sangat luar biasa ini tidak pernah terjadi setidaknya 40 tahun belakangan. Ini bukan sesuatu yang bisa kita biarkan,” tegasnya dalam rapat koordinasi penanganan banjir di Kota Mataram.
BPBD NTB mencatat bahwa 7.676 kepala keluarga atau 30.681 jiwa terdampak banjir yang disebabkan oleh meluapnya tiga sungai utama: Sungai Unus, Sungai Ancar, dan Sungai Brenyok. Enam kecamatan terendam parah akibat volume air yang tak tertampung saluran drainase dan sungai.
Baca juga : Banjir 1,5 Meter di Ciledug Tangerang, BPBD Kerahkan Perahu Evakuasi
Ketinggian genangan air di beberapa titik mencapai lebih dari 1 meter, membuat banyak rumah, fasilitas umum, serta jalur transportasi lumpuh total.
Sementara itu, 16 warga harus dilarikan ke rumah sakit akibat kondisi kesehatan yang memburuk usai banjir. Sebagian besar menderita komplikasi seperti stroke dan gangguan pernapasan.
“Yang jelas dari banjir itu berdampak kesehatan, ada beberapa mengalami penyakit karena stroke kita bawa rujukan ke rumah sakit,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan NTB, dr. Lalu Hamzi Fikri.
Pemerintah daerah mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap potensi penyakit pascabanjir seperti diare, ISPA, infeksi kulit, hingga demam berdarah dengue (DBD). Dinas Kesehatan telah menyiagakan puskesmas dan rumah sakit untuk merespons cepat kasus kesehatan yang muncul.
Bencana ini menegaskan pentingnya modernisasi sistem drainase dan kesiapsiagaan bencana di wilayah rawan banjir, terutama di tengah perubahan iklim yang semakin ekstrem.***
Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini