Lansia Gaza Berjuang Hadapi Kelaparan dan Bahaya di Tengah Serangan dan Genosida Israel
By Shandi March
24 May 2025
.jpeg)
Paman Sameer, seorang pria tua dari Gaza, menangis tersedu-sedu karena kelaparan yang luar biasa. (X@sahabatalaqsha)
LBJ - Di tengah dentuman bom dan reruntuhan Gaza, lansia seperti Ibrahim Abu Naji, Dalal al-Naji, Naima al-Naji, dan Mohammed al-Majayda berjuang bertahan hidup. Konflik yang telah berlangsung selama 19 bulan sejak Oktober 2023 memaksa mereka menghadapi kelaparan, pengungsian berulang, dan ancaman kematian. Mereka tinggal di tempat penampungan darurat, tenda, atau rumah rusak, tanpa akses memadai ke makanan, obat-obatan, atau air bersih. Krisis kemanusiaan ini, yang disebut sebagai yang terburuk dalam hidup mereka, mengguncang martabat dan harapan para lansia di Gaza.
Ibrahim Abu Naji, pria 65 tahun dari Gaza City, terbangun setiap hari di atas alas kardus tipis di ruang kelas yang kini menjadi tempat penampungan. Ia merasakan sakit di tubuhnya yang ringkih sambil merawat sembilan anak dan cucunya.
“Penderitaan ini tidak seperti yang pernah saya alami, bahkan dalam perang-perang sebelumnya,” kata Ibrahim kepada Xinhua.
Baca juga : Elias Rodriguez, Aktivis Politik di Balik Penembakan Staf Kedutaan Israel
“Tidak ada lagi tempat yang aman. Setiap kali kami menemukan sedikit kedamaian, perintah evakuasi datang. Kami meninggalkan hampir segalanya, seperti daun yang tersapu angin,” imbuhnya. Ia berpindah dari Shuja’iyya ke Rafah, lalu ke Gaza City, mencari tempat aman yang kian sulit ditemukan.
Di Deir al-Balah, Dalal al-Naji, 84 tahun, berlindung di bawah selimut tipis di rumahnya yang rusak. Suara bom yang jatuh di dekatnya membuatnya ketakutan. “Kami sudah tua. Kami tidak bisa lari saat bom jatuh. Kami tidak bisa berdiri berjam-jam dalam antrean makanan,” ujarnya. Ia mengenang momen mengerikan ketika roket menghantam dekat rumahnya.
“Sebuah roket jatuh hanya beberapa meter dari rumah kami baru-baru ini. Saya pikir jantung saya akan berhenti. Saya tidak bisa bangun sampai anak laki-laki saya menggendong saya,” tambahnya dengan mata berkaca-kaca.
Baca juga :Dua Staf Kedubes Israel Tewas Ditembak di Washington DC
Naima al-Naji, 72 tahun, menghadapi kesulitan serupa. Ia menunggu berjam-jam untuk mendapatkan sekantong roti atau sekaleng kacang.
“Kadang-kadang saya tidak mendapatkan apa-apa. Tekanan darah saya tinggi, tetapi saya tidak bisa menemukan obat. Saya berbaring dan membaca Al-Quran untuk menghabiskan waktu,” katanya kepada Xinhua.
Ia mengkhawatirkan masa depan anak-anaknya lebih dari dirinya sendiri. “Kami sudah tua, sudah mendekati akhir perjalanan hidup kami. Mereka baru saja memulai kehidupan, tetapi jalannya gelap,” ujarnya sambil menggenggam tangan cucunya.
Mohammed al-Majayda, 75 tahun dari Khan Younis, telah mengungsi lebih dari 10 kali sejak konflik dimulai. Ia mengenang perang 1967, ketika tetangga masih bisa saling membantu. “Kini, semua orang menderita, dan tidak ada yang dapat membantu,” tuturnya. Ia pernah kelaparan selama dua hari tanpa makanan. “Saya merasa ini adalah akhir dari kehidupan. Tidak ada yang bertanya tentang kami, baik pemerintah maupun institusi. Kami dilupakan,” katanya dengan suara pecah.
Sukarelawan seperti Mohammed Abu Jamea di Gaza City berupaya membantu lansia yang kelelahan dan kelaparan.
Baca juga :Akhirnya, 87 Truk Bantuan Tiba di Gaza Setelah 81 Hari Blokade Israel
“Setiap hari, banyak lansia yang datang, kelelahan karena kelaparan dan fatig. Banyak dari mereka yang pingsan karena tekanan psikologis dan pengabaian,” ujarnya. Ia menambahkan, “Mereka tidak meminta istana atau uang. Mereka ingin hidup dengan martabat. Mereka menginginkan rumah, obat-obatan untuk meringankan rasa sakit, dan kedamaian sehingga mereka tidak dibom saat sedang tidur.”
Krisis ini terjadi di seluruh Gaza, dari Gaza City hingga Khan Younis, sejak konflik meningkat pada Oktober 2023. Lansia menghadapi ancaman serangan udara, kekurangan pangan, dan ketiadaan perawatan medis. Banyak yang kehilangan keluarga atau terpisah akibat pengungsian. PBB dan organisasi kemanusiaan terus menyerukan bantuan, namun sumber daya terbatas membuat lansia semakin terabaikan.***
Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini