92 Warga Palestina Tewas dalam Dua Hari Serangan Israel di Gaza
By Cecep Mahmud
20 Apr 2025

Anak-anak kesulitan mendapatkan makanan, akibat blokade bantuan kemanusiaan ke wilayah Gaza.
LBJ - Serangan Israel dilaporkan telah menyebabkan 92 warga Palestina kehilangan nyawa di Jalur Gaza dalam kurun waktu dua hari terakhir. Informasi ini disampaikan oleh Kementerian Kesehatan wilayah tersebut pada hari Sabtu (19/4/2025).
Serangan yang terjadi antara tanggal 17 hingga 19 April tersebut juga mengakibatkan setidaknya 219 orang mengalami luka-luka dan sedang menjalani perawatan di rumah sakit.
Puluhan lainnya diperkirakan masih terperangkap di bawah reruntuhan bangunan atau berada di area yang sulit dijangkau oleh tim penyelamat.
Eskalasi kekerasan ini terjadi bersamaan dengan pemberlakuan blokade bantuan selama enam minggu oleh Israel. Israel juga menuntut kelompok Hamas untuk melucuti senjata sebagai prasyarat sebelum kesepakatan gencatan senjata dapat disetujui.
Baca juga: Dibayangi Tarif Trump, RI Siap Pindahkan Rute Ekspor ke Eropa dan Australia
Kelompok bersenjata Hamas dengan tegas menolak tuntutan tersebut. Mereka bersikeras bahwa gencatan senjata permanen harus menjadi bagian integral dari setiap kesepakatan.
Menurut pernyataan Kementerian Kesehatan, setidaknya 15 anak-anak termasuk di antara korban tewas. Mereka menjadi korban serangan udara pada malam hari di tenda-tenda pengungsian di Khan Younis.
Serangan terpisah di Rafah merenggut nyawa seorang ibu dan putrinya, serta dua orang lainnya. Jenazah mereka dibawa ke Rumah Sakit Eropa.
Warga terlihat berduka di Rumah Sakit Nasser, Khan Younis, pada 19 April 2025, atas kematian warga Palestina akibat serangan Israel.
Situasi kemanusiaan di Gaza semakin memburuk akibat blokade bantuan yang diberlakukan sejak 2 Maret. Langkah ini dilakukan Israel setelah memulai kembali kampanye militernya pada 18 Maret, menyusul gencatan senjata singkat.
Israel menyatakan akan mengintensifkan perang yang telah berlangsung selama 18 bulan di Gaza. Mereka juga berencana menduduki "zona keamanan" yang luas di dalam wilayah tersebut.
Blokade bantuan ini dilakukan Israel meskipun ada perintah dari Mahkamah Internasional (ICJ) yang menyerukan agar akses kemanusiaan diizinkan. Kelompok-kelompok bantuan memperingatkan bahwa persediaan makanan hampir habis.
Baca juga: Israel Tegaskan Pasukannya Akan Tetap di Gaza, Lebanon, dan Suriah
Bushra Khalidi, kepala kebijakan Oxfam, menyampaikan keprihatinannya.
"Anak-anak makan kurang dari satu kali sehari dan kesulitan mencari makanan berikutnya," katanya.
"Malnutrisi dan daerah-daerah kelaparan jelas terjadi di Gaza."
Sebelumnya, Hamas menolak usulan Israel untuk menghentikan pertempuran selama 45 hari dengan syarat kelompok Palestina tersebut membebaskan 10 tawanan yang masih hidup dan setuju untuk melucuti senjatanya.
"Permintaan untuk melucuti senjata Hamas tidak dapat diterima," tegas Sami Abu Zuhri, seorang pejabat senior Hamas.
"Ini bukan sekadar garis merah. Ini adalah sejuta garis merah."
Hamas telah menawarkan untuk membebaskan seluruh tawanan yang tersisa. Diperkirakan jumlah mereka sekitar 58 orang, meskipun beberapa di antaranya diyakini telah meninggal dunia. Tawaran ini diajukan sebagai imbalan atas diakhirinya perang secara permanen dan penarikan penuh tentara Israel dari Gaza.
Menurut data Kementerian Kesehatan, jumlah total korban tewas di Gaza kini mencapai 51.065 jiwa, dengan 116.505 orang mengalami luka-luka.
Abu Azzoum menambahkan mengenai dampak psikologis konflik ini.
"Kita dapat melihat tekanan psikologis yang sangat besar di kota ini pada wajah setiap orang di sini," katanya.
"Orang-orang berjalan dengan sangat lelah, trauma. Mereka memikirkan masa depan yang suram yang menanti mereka."***
Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini