Tank Israel Masuki Kamp Pengungsi Jenin, Warga Palestina Terusir dari Rumah Mereka
By Cecep Mahmud
25 Feb 2025

Tank Israel memasuki kamp pengungsi Jenin, Tepi Barat yang diduduki. (foto X/ @IkhwanG06)
LBJ - Tiga tank Israel memasuki kamp pengungsi Jenin pada Minggu (21/1), menandai eskalasi terbaru dalam operasi militer Israel di wilayah Tepi Barat yang diduduki. Kehadiran tank-tank ini terjadi setelah dua buldoser lapis baja membuka jalan dengan merobohkan aspal di sekitar kamp.
Serangan ini menambah panjang daftar operasi militer yang dilakukan Israel sejak Oktober 2023, seiring dengan meningkatnya konflik di Gaza. Pasukan Israel menerapkan blokade ketat di kamp Jenin, mengusir warga dari rumah mereka, serta memutus pasokan listrik dan air.
Penghancuran Infrastruktur dan Pemindahan Paksa Warga
Ahmed, seorang warga yang lahir pada 2003 saat Intifada Kedua berlangsung, menyaksikan langsung tank-tank memasuki Jenin untuk pertama kalinya sejak 2002.
“Tidak akan mudah bagi mereka untuk tetap tinggal,” ujarnya, sambil menyaksikan buldoser meratakan jalan utama di kamp.
Baca juga: Hamas Serahkan Jenazah Tawanan Israel dalam Upacara Publik di Gaza
Warga yang mencoba kembali ke rumah mereka menghadapi hambatan dari tentara Israel. Seorang perempuan yang telah mengungsi mengatakan bahwa mereka dilarang memasuki kamp meskipun sebelumnya dijanjikan akses kembali.
Perlawanan Simbolis dan Respons Militer Israel
Meskipun banyak warga telah mengungsi, sekelompok pemuda dan anak-anak melemparkan batu ke arah tank Israel. Sebagai balasan, operator tank mengarahkan meriam langsung ke arah mereka, diikuti dengan penembakan gas air mata yang memaksa mereka mundur.
“Tidak ada yang tersisa di kamp, bahkan para pejuang,” ujar seorang pemuda yang menyaksikan kedatangan tank.
Dampak Jangka Panjang dan Eskalasi Konflik
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, menyatakan bahwa Israel berencana untuk bertahan di kamp Jenin selama beberapa tahun ke depan. Pernyataan ini mengindikasikan strategi jangka panjang Israel untuk mengendalikan wilayah tersebut.
Menurut data Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA), lebih dari 40.000 warga Palestina telah dipaksa meninggalkan rumah mereka di Tepi Barat.
Halima Zawahidi, seorang perempuan berusia 63 tahun yang lahir dan besar di Jenin, mengungkapkan kekhawatirannya.
“Kami dikepung selama 45 hari. Tidak ada listrik, tidak ada air, tidak ada jalan, dan terus-menerus ada penembakan. Kami hidup dalam kegelapan,” katanya.
Pengamat internasional menilai bahwa tindakan Israel di Jenin bertujuan untuk mengosongkan wilayah tersebut dari penduduk Palestina. Namun, seperti yang terjadi di Gaza, upaya ini menghadapi perlawanan dan belum mencapai tujuan akhirnya.***
Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini