Serangan Israel Tewaskan 11 Warga Lebanon: Gencatan Senjata di Ujung Tanduk
By Cecep Mahmud
03 Dec 2024

Israel melancarkan serangan udara setelah Hizbullah melakukan "respons defensif awal" di wilayah sengketa Kfar Chouba. (X/@yas_beheshti)
LBJ - Sebelas warga Lebanon, termasuk seorang perwira Keamanan Negara, tewas akibat serangan udara Israel dalam serangkaian insiden yang mengguncang negara tersebut. Serangan ini memperkeruh situasi gencatan senjata yang mulai berlaku minggu lalu antara Israel dan Hizbullah.
Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan bahwa sembilan orang tewas dalam serangan terbaru, masing-masing lima orang di Haris dan empat di Talloussah. Serangan lain di Marjayoun menewaskan satu orang, sementara serangan drone di timur laut negara itu melukai seorang tentara Lebanon.
Israel melancarkan serangan udara setelah Hizbullah melakukan "respons defensif awal" di wilayah sengketa Kfar Chouba.
Hizbullah menyebut tindakan ini sebagai tanggapan atas "pelanggaran berulang" gencatan senjata oleh Israel.
Baca juga: 33 Tawanan Tewas di Gaza: Akibat Perang yang Tak Kunjung Usai
Seorang juru bicara Hizbullah mengatakan, "Kami meluncurkan serangan peringatan karena seruan untuk menghentikan pelanggaran ini tidak berhasil."
Namun, langkah tersebut memicu respons keras dari Israel, yang melanjutkan serangan udara besar-besaran di wilayah Lebanon.
Korban tewas termasuk Mahdi Khreis, seorang perwira Keamanan Negara Lebanon, yang tewas akibat roket Israel di distrik Nabatieh. Kementerian Kesehatan menyebut insiden ini sebagai "pelanggaran terang-terangan" terhadap gencatan senjata yang disepakati.
Dikutip dari Al Jazeera, Ali Hashem, melaporkan dari Beirut, bahwa situasi semakin sulit bagi warga.
"Setelah gencatan senjata, kehidupan perlahan kembali normal, tetapi pelanggaran ini membawa kekhawatiran baru," ujarnya.
Baca juga: Israel Langgar Gencatan Senjata Terus Jalankan Operasi Militer di Lebanon Selatan
Gencatan senjata yang dimediasi Amerika Serikat dan Prancis bertujuan menghentikan konflik yang telah menewaskan hampir 4.000 orang di Lebanon. Namun, perjanjian tersebut kerap dilanggar oleh Israel melalui serangan udara, drone, dan penembakan terhadap warga sipil.
Ketua Parlemen Lebanon, Nabih Berri, mengungkapkan, "Israel telah melanggar gencatan senjata puluhan kali, termasuk menghancurkan rumah-rumah di dekat perbatasan. Ini adalah pelanggaran mencolok."
Amerika Serikat tetap optimistis terhadap perjanjian ini meskipun ada pelanggaran.
"Perjanjian ini telah menghentikan pertempuran besar dan mengurangi korban jiwa," kata Matthew Miller, juru bicara Departemen Luar Negeri AS.
Namun, ketegangan yang terus meningkat antara Israel dan Hizbullah mengancam kestabilan kawasan.
Masa depan perdamaian di Lebanon tampak suram jika pelanggaran terus terjadi. Perjanjian gencatan senjata menuntut militer Israel menarik pasukannya dalam waktu 60 hari, sementara Hizbullah diharuskan menjauh dari perbatasan.
Dengan situasi yang semakin memanas, upaya diplomatik mendesak diperlukan untuk mencegah konflik skala besar kembali pecah.***
Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini