Angka Golput Tertinggi dalam Sejarah Pilkada Jakarta 2024: Apa Penyebabnya?
By Cecep Mahmud
29 Nov 2024
Sebanyak 46,95%, atau setara dengan 3,8 juta orang, memilih tidak menggunakan hak suaranya pada pilkada DKI 2024 ini. (foto X)
LBJ - Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jakarta 2024 mencatatkan angka golput yang mengejutkan. Berdasarkan hasil perhitungan Komisi Pemilihan Umum (KPU), persentase pemilih yang tidak menggunakan hak pilihnya mencapai 46,95%, atau setara dengan 3,8 juta orang. Angka ini menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah Pilkada Jakarta.
Pilkada ini diikuti oleh tiga pasangan calon, yakni Ridwan Kamil-Suswono, Dharma Pongrekun-Kun Wardana, dan Pramono Anung-Rano Karno. Meskipun terdapat 8.214.007 pemilih dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT), tingkat partisipasi hanya mencapai 53,05%. Hal ini menunjukkan adanya ketidakpuasan atau apatisme yang tinggi di kalangan pemilih.
Tingginya angka golput ini menjadi perhatian banyak pihak.
"Sebagai pemilih, mereka mungkin merasa bahwa tidak ada calon yang benar-benar mewakili aspirasi mereka," ujar warga di Jakarta yang tidak mau disebut namanya.
Baca juga: Pramono Anung dan Rano Karno Deklarasikan Menang Satu Putaran di Pilkada Jakarta, Unggul 50,07%
Beberapa faktor kemungkinan turut berkontribusi, mulai dari rasa jenuh terhadap politik yang semakin kompleks hingga ketidakpuasan terhadap pilihan yang tersedia.
Di Jakarta, golput banyak dipengaruhi oleh generasi X, yaitu mereka yang berusia antara 40 hingga 59 tahun. Mereka cenderung merasa kurang puas dengan calon yang ada dan lebih memilih untuk tidak terlibat dalam proses politik.
“Mungkin saja mereka merasa bahwa memilih tidak akan mengubah apapun,” tambah.
Baca juga: Hasil Pilgub Jakarta Versi Quick Count SMRC 100%: Pram-Rano Unggul, RK-Suswono di Posisi Kedua
Dalam konteks nasional, Pilkada 2024 didominasi oleh pemilih muda, seperti Millenial dan Gen Z. Namun, berbeda dengan Jakarta, yang mayoritas pemilihnya berasal dari generasi X. Ini menunjukkan adanya ketimpangan antara pemilih di ibu kota dan daerah lain.
Tingginya angka golput ini menjadi pertanyaan besar. Apakah ini pertanda bahwa masyarakat Jakarta merasa kecewa dengan politik saat ini? Atau apakah mereka merasa lelah dengan intensitas politik yang terus menerus berlangsung sepanjang tahun 2024?
Keberadaan kepala daerah sangat memengaruhi jalannya pembangunan di suatu daerah. Kepala daerah harus bisa menjalankan program-program pemerintah pusat dengan baik agar dampaknya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Oleh karena itu, Pilkada ini sangat krusial, dan partisipasi aktif dari setiap pemilih sangat dibutuhkan.
Di sisi lain, pemilih yang memilih golput turut mempengaruhi legitimasi kepala daerah terpilih. Dengan begitu banyak suara yang hilang, apakah hasil pilkada nanti akan mencerminkan kehendak mayoritas rakyat Jakarta?***
Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini