×
image

Blunder Kampanye Ridwan Kamil-Suswono: Antara Janda dan Janji Disneyland

  • image
  • By Priya Husada

  • 28 Nov 2024

Ridwan Kamil - Suswono

Ridwan Kamil - Suswono


LBJ - Kampanye politik selalu penuh dengan kejutan. Namun, kejutan yang datang kali ini bukanlah sesuatu yang diharapkan oleh pasangan Ridwan Kamil-Suswono, atau yang sering disingkat dengan pasangan RIDO. Mereka terjebak dalam beberapa pernyataan kontroversial yang tidak hanya mengundang kritik tajam, tetapi juga mengancam elektabilitas mereka. Salah satu blunder besar yang mencuat adalah pernyataan soal janda dan candaan yang dianggap tidak pantas dari kedua calon tersebut. Di tengah segala polemik tersebut, pasangan RIDO justru harus menerima kenyataan pahit bahwa mereka kalah dalam hitung cepat dari pasangan Pramono Anung-Rano Karno.

Blunder Ridwan Kamil: Pernyataan Tentang Janda

Sebuah pernyataan kontroversial dari Ridwan Kamil meletus saat kampanye di Jakarta Timur pada 16 November 2024. Saat berbicara di depan publik, Ridwan Kamil mengungkapkan candaan tentang janda yang akan disantuni oleh politisi Gerindra, Habiburokhman. Dalam lelucon tersebut, ia mengatakan bahwa janda-janda tersebut akan "diurus lahir batin", bahkan jika cocok, bisa dinikahi oleh rekannya. Tentu saja, pernyataan ini mengundang kecaman dari banyak pihak, terutama netizen dan organisasi-organisasi yang membela hak perempuan, seperti Komnas Perempuan.

Kutipan dari Ridwan Kamil tersebut dinilai merendahkan martabat perempuan. Apalagi, isu mengenai perempuan yang sering menjadi korban stereotip atau objek dalam banyak narasi politik membuat pernyataan ini semakin tidak diterima oleh masyarakat. Tidak hanya itu, candaan seperti ini dianggap tidak sensitif terhadap perjuangan kesetaraan gender yang sudah lama diperjuangkan.

Namun, Ridwan Kamil menyadari kesalahan tersebut. Setelah mendapat kritik keras, ia pun akhirnya meminta maaf atas kata-kata yang dianggapnya tidak bijaksana. Ia menjelaskan bahwa pernyataannya tersebut hanya sebuah kekhilafan dalam memilih kata-kata dan terjadi di tengah situasi yang sangat intens. Meski begitu, dampaknya sudah terlanjur besar dan elektabilitas pasangan RIDO mulai terguncang.

Blunder Suswono: Candaan Tentang Janda Kaya

Tak hanya Ridwan Kamil, pasangan Suswono sebelumnya juga tak luput dari blunder yang kontroversial. Dalam salah satu sesi kampanye, Suswono mengeluarkan guyonan yang membuat banyak orang geleng-geleng kepala. Saat menjelaskan program kesejahteraan sosial, Suswono menyarankan agar "janda kaya" menikahi pria muda yang menganggur untuk meningkatkan kesejahteraan mereka.

Pernyataan ini sontak memicu gelombang kritik. Banyak yang menilai bahwa guyonan tersebut tidak hanya merendahkan perempuan, tetapi juga memperlihatkan kurangnya pemahaman terhadap realitas sosial masyarakat. Dalam hal ini, kritik tak hanya datang dari masyarakat, tetapi juga dari kalangan politik yang menilai bahwa pernyataan tersebut bisa berpotensi memicu laporan ke polisi.

Suswono, menyadari kesalahannya, segera meminta maaf atas pernyataan tersebut dan mengakui bahwa itu adalah ucapan yang tidak bijaksana. Namun, efek dari candaan yang tak pantas ini sudah cukup merusak citra pasangan RIDO di mata pemilih.

Dampak Blunder Terhadap Elektabilitas

Blunder yang terjadi dalam kampanye ini berkontribusi pada penurunan elektabilitas pasangan RIDO. Hasil hitung cepat menunjukkan bahwa pasangan Ridwan Kamil-Suswono kalah dalam perolehan suara dari pasangan Pramono Anung-Rano Karno. Para pengamat politik mulai mengkritik lemahnya strategi kampanye pasangan ini. Mereka berpendapat bahwa keduanya terlalu bergantung pada dukungan dari tokoh besar seperti Jokowi dan Prabowo, tanpa mampu memberikan tawaran baru yang menarik bagi pemilih.

Pernyataan-pernyataan yang terkesan sembrono semakin memperburuk citra pasangan ini. Banyak pihak yang beranggapan bahwa ketidaktegasan dalam merespons isu-isu sensitif, seperti gender, menunjukkan bahwa pasangan RIDO tidak cukup matang dalam mempersiapkan diri menghadapi pemilihan yang sangat kompetitif ini.

Program Mobil Curhat: Lebih Hiburan Daripada Solusi

Selain blunder dalam pernyataan, Ridwan Kamil juga memperkenalkan sebuah program yang diklaim dapat membantu masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan mental, yakni "Mobil Curhat". Sayangnya, program ini mendapat sorotan negatif dari masyarakat. Warganet menganggap bahwa program ini lebih berfokus pada hiburan ketimbang memberikan solusi nyata bagi masalah kesehatan mental yang ada di Jakarta.

Konsep yang mengharuskan masyarakat bermain permainan terlebih dahulu sebelum curhat dianggap tidak tepat. Banyak yang berpendapat bahwa masalah kesehatan mental membutuhkan pendekatan yang lebih serius dan bukan sekadar gimmick kampanye. Inilah salah satu contoh bagaimana Ridwan Kamil terkadang lebih memilih ide-ide yang terkesan sensasional, ketimbang menyajikan solusi yang substansial.

Rencana Disneyland di Kepulauan Seribu: Janji yang Tidak Realistis?

Dalam sebuah debat publik pada 27 Oktober 2024, Ridwan Kamil kembali menarik perhatian publik dengan ide briliannya, yakni rencana pembangunan Disneyland di Kepulauan Seribu. Konsep ini tidak hanya diragukan oleh banyak pihak, tetapi juga menimbulkan skeptisisme, terutama karena Ridwan Kamil pernah mengajukan ide serupa saat mencalonkan diri di Jawa Barat. Rencana ini dinilai tidak realistis dan hanya sebagai janji kampanye yang tidak punya dasar yang jelas.

Program ini mengundang kritik karena lebih terlihat seperti sebuah impian besar daripada sesuatu yang bisa direalisasikan dalam waktu dekat. Ditambah lagi, banyak pihak yang berpendapat bahwa Jakarta sudah memiliki banyak masalah yang lebih mendesak daripada membangun taman hiburan mewah di Kepulauan Seribu.

Pemindahan Balai Kota

Salah satu rencana kontroversial Ridwan Kamil yang menuai banyak protes adalah wacana pemindahan Balai Kota DKI Jakarta ke Jakarta Utara. Rencana ini segera ditanggapi dengan keras oleh Pramono Anung, calon gubernur dari PDIP. Pramono menilai pemindahan balai kota tersebut tidaklah perlu. Mengingat Jakarta sudah memiliki banyak gedung kosong setelah pemindahan ibu kota ke Nusantara, ia berpendapat lebih baik memanfaatkan gedung-gedung yang ada di Jakarta Pusat, daripada mengeluarkan biaya besar untuk pemindahan yang tidak efektif.

Blunder yang Menjadi Pelajaran

Pernyataan-pernyataan yang tidak sensitif terhadap isu gender dan gagasan-gagasan yang tidak realistis jelas mempengaruhi citra pasangan Ridwan Kamil-Suswono dalam kampanye ini. Meski Ridwan Kamil berusaha meminta maaf atas kesalahannya, dan Suswono juga melakukan hal yang sama, dampaknya terhadap elektabilitas mereka tetap terasa. Tidak hanya masalah komunikasi, tetapi juga strategi kampanye yang belum mampu memberikan solusi nyata bagi masyarakat. Pemilih mulai mempertanyakan kredibilitas mereka, terutama dalam menghadapi pasangan yang lebih solid dan memiliki visi yang lebih jelas.***


Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini

Popular Post