×
image

Ironi Penjualan Senjata AS ke Israel di Tengah Janji Gencatan Senjata

  • image
  • By Cecep Mahmud

  • 28 Nov 2024

Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyetujui paket senjata senilai $680 juta untuk Israel. (X/@MarioNawfal)

Presiden Amerika Serikat Joe Biden menyetujui paket senjata senilai $680 juta untuk Israel. (X/@MarioNawfal)


LBJ - Presiden Amerika Serikat Joe Biden kembali menuai kritik atas keputusan pemerintahannya menyetujui paket senjata senilai $680 juta untuk Israel. Keputusan ini muncul hanya sehari setelah ia mengumumkan gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah.

Bagaimana AS bisa mendukung perdamaian, tetapi tetap memasok amunisi ke pihak yang terlibat konflik?

"Tidak ada bagian dari negosiasi ini yang melibatkan senjata di kedua belah pihak," ujar seorang pejabat AS kepada Reuters, menyangkal adanya hubungan antara paket senjata dan gencatan senjata.

Baca juga: Gencatan Senjata Lebanon-Israel Dimulai: Harapan Baru untuk Perdamaian

Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memberikan pernyataan berbeda.

“Kami akan menerima pasokan persenjataan canggih untuk menjaga keamanan prajurit kami,” ungkap Netanyahu dalam pidatonya.

Kesepakatan ini mencakup ratusan bom berpemandu dan ribuan amunisi presisi, menurut laporan Reuters dan Financial Times. Proyek ini telah dirancang sejak bulan September dan akhirnya mendapatkan persetujuan sementara bulan ini. Ironisnya, langkah ini diambil di tengah klaim AS memfasilitasi perdamaian di Timur Tengah.

Presiden Biden mengumumkan gencatan senjata dengan Hizbullah pada Selasa di Gedung Putih. Gencatan senjata ini dirancang untuk menghentikan konflik di Lebanon dalam 60 hari. Biden juga berjanji untuk menghentikan perang di Gaza yang telah berlangsung sejak 7 Oktober 2023. Sementara itu, berbagai pihak termasuk Turki, Mesir, dan Qatar terus terlibat dalam upaya damai di Gaza.

Baca juga: Warga Lebanon Kembali ke Rumah Pasca Gencatan Senjata

Kritikus menyebut langkah AS bertentangan dengan janji perdamaian.

"AS seharusnya menggunakan pengaruhnya untuk menahan aliran senjata," ungkap seorang pengamat politik Timur Tengah.

Hingga kini, lebih dari 44.000 warga Palestina dan 3.800 warga Lebanon menjadi korban sejak konflik dimulai.

Langkah ini mempersulit AS mempertahankan citranya sebagai penengah konflik. Senator Bernie Sanders sempat mencoba menghentikan penjualan senjata senilai $20 miliar, tetapi gagal mendapatkan dukungan di Kongres.

Netanyahu menegaskan bahwa gencatan senjata diperlukan untuk “mengisi ulang persediaan,” mempertegas kebutuhan Israel akan pasokan senjata.

Biden berencana melanjutkan upaya damai dengan negara-negara mitra di Timur Tengah. Namun, kebijakan kontradiktif ini membuat banyak pihak meragukan komitmennya. Apakah AS dapat menyeimbangkan posisi sebagai sekutu Israel sekaligus pendukung perdamaian?***



Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini

Popular Post