Berkat Jas Dijual, Maka Terciptalah Lagu Hymne Guru nan Abadi
By Priya Husada
25 Nov 2024
Sartono, Pencipta Lagu Hymne Guru (foto: https://edoo.id/)
LBJ - Setiap tanggal 25 November, Indonesia memperingati Hari Guru Nasional, momen yang tidak terlepas dari lagu Hymne Guru. Karya monumental ini diciptakan oleh Sartono, seorang mantan guru seni musik asal Madiun, Jawa Timur. Siapa sangka, di balik syair dan nada yang menyentuh hati, tersimpan kisah perjuangan dan dedikasi seorang guru honorer yang rela berkorban demi mengangkat martabat profesinya.
Sartono: Guru dengan Semangat Tak Terpadamkan
Sartono lahir pada 29 Mei 1936 di Madiun. Ia dikenal sebagai guru seni musik yang belajar musik secara otodidak. Pada tahun 1978, ia menjadi satu-satunya guru seni musik di wilayahnya yang mampu membaca not balok. Meski memiliki kemampuan terbatas dalam fasilitas musik, Sartono tidak pernah menyerah. Semangat inilah yang kelak melahirkan karya fenomenal, Hymne Guru.
Pada tahun 1980, Sartono melihat pengumuman Sayembara Cipta Lagu Hymne Guru yang diadakan oleh Dinas Pendidikan Nasional. Dengan keterbatasan alat musik, Sartono menciptakan melodi melalui siulan, kemudian menuliskan not-not tersebut di selembar kertas. Proses yang sederhana namun sarat makna.
“Guru itu pelita dalam kegelapan, patriot tanpa tanda jasa,” ungkap Sartono saat mendeskripsikan inspirasi dari lirik lagunya.
Perjuangan di Balik Nada
Sartono menghadapi berbagai tantangan ketika menciptakan Hymne Guru. Ia bahkan harus menjual jasnya untuk membayar ongkos pengiriman naskah lagu ke panitia lomba. Dedikasinya tidak sia-sia. Dari ratusan peserta yang ikut, Sartono berhasil meraih juara pertama, dan lagu ciptaannya resmi dinyanyikan dalam peringatan Hari Guru Nasional.
Kisah ini menjadi bukti bahwa keterbatasan bukanlah penghalang. Justru, dengan semangat dan kreativitas, Sartono mampu menciptakan karya yang terus hidup dalam hati masyarakat hingga kini.
Lirik yang Mengalami Transformasi
Awalnya, lagu Hymne Guru menggambarkan guru sebagai "pahlawan tanpa tanda jasa." Namun, pada tahun 2007, frasa ini diganti menjadi "pembangun insan cendekia." Perubahan ini bertujuan untuk menekankan pentingnya profesi guru sebagai pembentuk generasi bangsa, sekaligus memberikan penghormatan yang lebih tinggi.
"Guru bukan hanya pahlawan tanpa tanda jasa. Mereka adalah pembangun bangsa," ujar seorang pengamat pendidikan.
Inspirasi di Balik Lirik
Sebagai seorang guru honorer, Sartono memiliki pandangan mendalam tentang peran guru. Ia mengamati bagaimana guru sering kali menghadapi keterbatasan, baik secara finansial maupun fasilitas, namun tetap menjalankan tugasnya dengan penuh pengabdian. Hal ini tergambar jelas dalam lirik lagunya yang penuh rasa hormat dan penghargaan.
Pengalaman pribadi Sartono sebagai guru honorer turut memengaruhi bagaimana ia menggambarkan guru dalam lagunya. Ia ingin masyarakat melihat guru bukan hanya sebagai profesi, tetapi juga sebagai sosok yang membentuk masa depan bangsa.
"Hymne Guru": Simbol Penghormatan yang Abadi
Lagu Hymne Guru tidak hanya menjadi bagian dari peringatan Hari Guru Nasional, tetapi juga menjadi simbol penghormatan bagi profesi guru di Indonesia. Lirik dan melodinya yang sederhana, namun menyentuh hati, mampu menyatukan perasaan bangga dan terima kasih kepada para pendidik.
"Setiap kali Hymne Guru dinyanyikan, saya merasa terharu. Lagu ini mengingatkan kita pada perjuangan para guru," kata seorang siswa yang pernah menyanyikan lagu ini dalam upacara.
Proses Kreatif yang Menginspirasi
Proses kreatif Sartono dalam menciptakan lagu ini sangat unik. Tanpa alat musik memadai, ia hanya mengandalkan siulan untuk menciptakan melodi. Dedikasinya untuk mengirimkan karya, meski harus menjual jas, menunjukkan betapa ia mencintai profesinya sebagai guru.
Tidak hanya itu, lagu ini diciptakan hanya dalam waktu dua minggu, sesuai dengan batas waktu sayembara. Namun, meski dengan waktu singkat, Sartono mampu menciptakan karya yang tidak hanya memiliki keindahan musikal, tetapi juga pesan mendalam.
Sartono dalam Kenangan
Sartono meninggal pada 1 November 2015. Meski demikian, Hymne Guru terus hidup, menjadi bagian tak terpisahkan dari peringatan Hari Guru Nasional. Lagu ini mengingatkan kita semua akan peran guru sebagai "pahlawan" yang tidak hanya mendidik, tetapi juga membangun masa depan bangsa. Kisah Sartono adalah pengingat bahwa dari keterbatasan, bisa lahir karya besar yang abadi.
Hymne Guru
Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru
Namamu akan selalu hidup dalam sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku tuk pengabdianmu
Engkau bagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa pembangun insan cendekia
Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini