Trump dan Harris Berjuang di Detik Terakhir Pilpres AS, Bergerilya Meraih Simpati
By Cecep Mahmud
05 Nov 2024

Mantan Presiden Donald Trump, 78, dan kandidat Demokrat Kamala Harris, 60, terus berjuang untuk memenangkan hati pemilih hingga detik-detik terakhir kampanye. (Foto X)
LBJ - Pemilihan Presiden Amerika Serikat kali ini menjadi salah satu yang paling menegangkan dalam sejarah. Mantan Presiden Donald Trump, 78, dan kandidat Demokrat Kamala Harris, 60, terus berjuang untuk memenangkan hati pemilih hingga detik-detik terakhir kampanye.
Keduanya intens melakukan pendekatan pada pemilih di negara bagian medan pertempuran yang diperkirakan akan menentukan hasil akhir pemilu pada hari Selasa mendatang.
Pemilih AS terbelah dalam pilihan politiknya, baik secara nasional maupun di tujuh negara bagian kunci seperti Pennsylvania dan Michigan. Data dari Election Lab University of Florida menunjukkan bahwa lebih dari 78 juta pemilih sudah memberikan suara lebih awal.
Menurut Ketua Kampanye Harris, Jen O'Malley Dillon, upaya mobilisasi besar-besaran yang dilakukan timnya berhasil meningkatkan antusiasme pemilih di kalangan perempuan, kaum muda, dan pemilih kulit berwarna di negara bagian medan pertempuran.
Baca juga: Harris dan Trump Bersaing Ketat di Negara Bagian Kunci Menjelang Pemilu AS 2024
"Kami merasa sangat senang dengan posisi kami saat ini," ungkap Dillon kepada media.
Di sisi lain, Trump mengandalkan dukungan dari pemilih yang biasanya tidak mengikuti pemilu, yang menurutnya memiliki potensi signifikan jika dikelola dengan baik.
Trump dan timnya menargetkan pemilih yang dianggap “tidak punya kecenderungan”, yaitu mereka yang jarang memilih tetapi bisa memberi dukungan kuat.
Harris dan Trump menghabiskan hari-hari terakhir kampanye dengan pendekatan berbeda. Harris memfokuskan kunjungan di Pennsylvania, salah satu medan pertempuran utama.
"Mari kita gunakan hak pilih kita. Mari kita menang," ujar Harris saat menggerakkan relawannya di Scranton.
Sementara itu, Trump menyisir wilayah seperti Raleigh di North Carolina dan Pittsburgh di Pennsylvania.
Baca juga: Pemilu Presiden AS 2024: Begini Cara Kerja Proses Pemilihannya
Pada kampanye di Raleigh, ia berkata, "Ini benar-benar akhir dari sebuah perjalanan, tetapi perjalanan baru akan segera dimulai."
Kampanye Harris di Pennsylvania didampingi oleh tokoh-tokoh Demokrat terkemuka, termasuk anggota kongres Alexandria Ocasio-Cortez. Ia juga berencana mengunjungi restoran Puerto Rico di Reading untuk bertemu pemilih keturunan Puerto Rico, salah satu komunitas yang secara aktif berpartisipasi di pemilu kali ini.
Di lapangan, jajak pendapat menunjukkan bahwa para pemilih sangat memperhatikan isu ancaman terhadap demokrasi, yang dinilai sebagai salah satu isu paling krusial setelah masalah ekonomi. Harris menekankan pada bahaya yang mungkin timbul jika Trump kembali berkuasa.
“Saat saya bepergian, saya melihat warga Amerika yang siap membelokkan sejarah menuju keadilan,” ucap Harris dalam sebuah pidato di Detroit.
Trump, di sisi lain, mengedepankan isu ekonomi dan imigrasi. Ia meyakini bahwa isu harga tinggi, terutama untuk kebutuhan pokok, serta kebijakan imigrasi yang ketat, akan menjadi alasan kuat bagi pemilih untuk mendukungnya.
Trump dan Harris masing-masing akan kembali ke basis mereka pada hari Senin malam setelah serangkaian kampanye panjang. Trump dijadwalkan kembali ke Palm Beach, Florida, untuk memberikan suara dan menunggu hasil pemilu bersama para pendukungnya. Harris, di sisi lain, akan menutup kampanye di Philadelphia, ditemani musisi seperti Katy Perry dan Andra Day dalam rangkaian unjuk rasa akhir.
Apapun hasilnya nanti, pemilu ini akan mencatat sejarah baru di Amerika Serikat. Kedua kandidat mengerahkan segala upaya untuk memenangkan hati pemilih. Kini, keputusan ada di tangan rakyat Amerika Serikat yang akan menentukan arah negara mereka untuk tahun-tahun mendatang.***
Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini