×
image

Orang Arab Berbondong-bondong ke Indonesia Demi Tanaman yang Disebut dalam Al-Quran

  • image
  • By Shandi March

  • 22 Mar 2025

Pohon Kamper tumbuhan asli Indonesia bernama Latin Dryobalanops aromatica.. (Dok. lindungihutan)

Pohon Kamper tumbuhan asli Indonesia bernama Latin Dryobalanops aromatica.. (Dok. lindungihutan)


LBJ – Air yang dikandung dalam tanaman kamper atau kapur barus telah lama menjadi incaran pedagang Arab sejak berabad-abad lalu. Dalam Al-Quran, tanaman ini disebut dalam Surat Al-Insan ayat 5: Allah berjanji kepada "orang-orang yang berbuat kebajikan akan minum dari gelas (berisi minuman) bercampur air kafur".

Namun, kamper yang dimaksud bukanlah pewangi sintetik yang umum dikenal saat ini, melainkan tumbuhan asli Indonesia bernama Latin Dryobalanops aromatica.

Kamper asli memiliki aroma khas dan diyakini memiliki manfaat kesehatan. Sayangnya, tanaman ini tidak tumbuh di Arab, sehingga para pedagang harus mencarinya ke tempat asalnya. Berdasarkan catatan sejarah, daerah yang dikenal sebagai pusat penghasil kapur barus adalah Fansur, yang kini disebut Barus di Sumatera.

Menurut Arkeolog Edward Mc. Kinnon dalam Ancient Fansur, Aceh’s Atlantis (2013), jalur perdagangan membawa para pedagang Arab untuk menemukan bahwa kamper berkualitas tinggi berasal dari wilayah Indonesia. Sejak saat itu, mereka mulai berdatangan ke Nusantara demi mendapatkan tanaman berharga ini.

Pedagang Arab seperti Ibn Al-Faqih pada tahun 902 telah menyebut Fansur sebagai wilayah penghasil kapur barus, cengkih, pala, dan kayu cendana. Bahkan, ahli geografi Ibn Sa’id al Magribi di abad ke-13 secara spesifik mencatat bahwa kapur barus terbaik berasal dari Pulau Sumatera. Catatan serupa juga muncul dalam karya Ptolemy, seorang ahli geografi Romawi pada abad ke-1 Masehi.

Baca juga : UGM Tegaskan Keaslian Ijazah dan Skripsi Jokowi, Bantah Tuduhan Palsu

Bagaimana Orang Arab Mendapatkan Kamper dari Indonesia?

Sejarawan Claude Guillot dalam Barus Seribu Tahun yang Lalu (2008) mencatat bahwa pedagang Arab menempuh perjalanan laut yang panjang untuk mencapai Barus.

Mereka berlayar dari Teluk Persia, melewati Ceylon (Sri Lanka), lalu tiba di Pantai Barat Sumatera. Kapal-kapal besar yang mereka bawa digunakan untuk mengangkut kapur barus dalam jumlah besar, yang kemudian dijual dengan harga tinggi di pasar internasional.

Seiring waktu, kapur barus dari Barus menjadi komoditas unggulan yang mengalahkan kapur barus dari Malaya dan Kalimantan. Hal ini menjadikan Barus sebagai pelabuhan dagang yang sangat penting di Sumatera.

Islamisasi Melalui Jalur Perdagangan

Kedatangan pedagang Arab ke Barus tidak hanya berkaitan dengan perdagangan, tetapi juga membawa pengaruh dalam penyebaran agama Islam. Barus menjadi titik awal Islamisasi di Nusantara karena banyak pedagang Muslim yang menetap di sana.

Baca juga :Umbar Promo, Harga Tiket LRT Jabodebek Lebaran 2025 Mulai Rp5.000

Jika mereka hendak berdagang ke China, mereka biasanya singgah terlebih dahulu di Barus. Hal ini menyebabkan penyebaran Islam di berbagai wilayah pesisir seperti Barus (Fansur), Thobri (Lamri), dan Haru. Sejumlah bukti sejarah menunjukkan bahwa Islam telah masuk ke Barus sejak abad ke-7 Masehi. Salah satu buktinya adalah kompleks makam kuno Mahligai yang memiliki nisan berangka tahun abad ke-7 M.

Dari sinilah muncul teori bahwa Islam pertama kali masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan yang dilakukan oleh para pedagang Arab. Meski masih menjadi perdebatan, teori ini didukung oleh fakta bahwa hubungan antara dunia Arab dan Nusantara sudah terjalin sejak lama.***


Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini

Popular Post