Gunting di Pentas Seni Berujung Maut! Polisi Selidiki Kematian Siswi SMK Bandung
By Shandi March
28 Feb 2025
.jpeg)
Kapolres Cimahi, AKBP Tri Suhartanto, menegaskan bahwa hasil penyelidikan sementara menunjukkan insiden Siswa SMK tewas saat pentas drama sebagai kecelakaan.( Foto: Polresta Cimahi)
LBJ - Insiden tragis mengguncang Padalarang setelah seorang siswi kelas 12 SMK Dharma Pertiwi, berinisial MRD (17), meninggal dunia saat pentas seni sekolah pada Kamis (20/2). Peristiwa ini terjadi dalam rangka ujian praktik dengan tema "kenakalan remaja" yang dimainkan di atas panggung.
MRD memerankan karakter Bella, seorang remaja yang mengalami kehamilan di luar nikah, mengalami depresi, dan akhirnya mengakhiri hidupnya. Sayangnya, adegan yang seharusnya hanya bagian dari skenario berubah menjadi tragedi nyata.
Dalam skenario, karakter Bella menusukkan benda tajam ke tubuhnya sebagai simbol keputusasaan. Saat latihan, jarum digunakan untuk menusuk balon berisi cairan gincu merah yang diselipkan di balik pakaian guna menciptakan efek dramatis.
Baca juga : Kakek dan Cucu di Bogor Luka Bakar Kena Api Gegara Pria Sengaja Nyalakan Korek Saat Isi Bensin Eceran
Namun, karena jarum dianggap tidak efektif dalam memecahkan balon, MRD menggantinya dengan gunting tanpa pengawasan ketat dari pihak sekolah. Saat adegan berlangsung, ia benar-benar menusukkan gunting ke perut dan dada sebanyak tiga kali.
Seketika, MRD terjatuh dan langsung dilarikan ke rumah sakit dengan luka terbuka di dada kiri. Sayangnya, nyawanya tidak tertolong.
Kapolres Cimahi, AKBP Tri Suhartanto, menegaskan bahwa hasil penyelidikan sementara menunjukkan insiden ini sebagai kecelakaan.
"Sejauh ini, tidak ada indikasi tindak pidana. Kami menyimpulkan ini sebagai kecelakaan," ujar Tri dalam konferensi pers pada Kamis (27/2).
Baca juga :Pria di Jakbar Jambret Emas Emak-emak, Diuber-uber Bayar Utang Pinjol
Meski begitu, kepolisian tetap membuka peluang untuk penyelidikan lebih lanjut jika ditemukan bukti baru yang mengarah pada unsur kelalaian atau tindak pidana.
Sebanyak 18 saksi telah diperiksa aparat, termasuk guru, teman sekelas, dan keluarga korban. Koordinasi juga dilakukan dengan Dinas Pendidikan serta Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) guna mengkaji aspek keselamatan dan psikologis dalam sistem pembelajaran.
Tragedi ini menjadi pengingat bagi dunia pendidikan untuk lebih memperhatikan aspek keamanan dan psikologis siswa dalam setiap kegiatan sekolah. ***
Update Cepat, Info Lengkap! Join Whatsapp Channel Kami Klik Disini